// //

Kelemahan Datsun GO Panca Membuatnya Tak Layak Dipertimbangkan?

Kelemahan Datsun GO Panca terkait standar keselamatan yang dianggap tidak memenuhi syarat acapkali menjadikan calon konsumen berpikir dua kali sebelum membuat sebuah keputusan beli. Beberapa tahun lalu isu standar keselamatan LCGC terutama Datsun GO Panca memang sempat menjadi sorotan.

Pihak Datsun sendiri merespon dengan memberikan airbag pada model Datsun GO Panca maupun Datsun GO+ Panca keluaran terbaru, namun kebimbangan calon konsumen tidak begitu saja hilang. Pasalnya bukan sekedar ketiadaan airbag yang menjadikan Datsun GO mendapat rating 0 pada pengujian namun juga konstruksi rangka. Lantas apakah kelemahan Datsun GO Panca tersebut membuatnya tidak pantas dipertimbangkan bagi calon konsumen dengan budget terbatas?

Kelemahan Datsun GO Panca


Mengurai Kelemahan Datsun GO Panca Sebagai Pertimbangan Beli

Bersamaan dengan lahirnya kebijakan LCGC Datsun kembali hadir setelah absen sangat lama dari pasar Indonesia. Banderol harga Datsun GO+ Panca yang tak sampai Rp 100 Juta memberi nafas bagi demikian banyak keluarga muda Indonesia yang selama ini mendambakan mobil dengan harga terjangkau.

Kebanyakan orang memiliki persepsi negatif terhadap konsumen LCGC, persepsi umum yang beredar kehadiran mobil-mobil berharga murah itu bukan saja bakal menambah kemacetan namun membahayakan pengemudi lain karena jalanan bakal didominasi oleh pengemudi pemula. Meski tidak salah namun pendapat tersebut tidak pula sepenuhnya benar. Sebab tak sedikit konsumen LCGC yang sudah bertahun-tahun bahkan puluhan tahun berada di balik kemudi mobil bekas dengan kondisi yang mungkin sebenarnya sudah tidak layak. Mereka ini tak bisa disebut pengemudi pemula namun karena kondisi ekonomi maka LCGC menjadi satu-satunya pilihan mewujudkan impian memiliki mobil dalam kondisi baru.

Nama Datsun bukan saja sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia yang saat ini berusia 30 tahunan atau lebih, lebih dari itu Datsun merupakan budget brand atau second brand dari Nissan yang juga memiliki merek Infiniti serta baru-baru ini Mitsubishi. Semenjak dipimpin oleh Charles Ghosn sepak terjang Nissan memang mengundang decak kagum termasuk kebangkitan kembali Nissan GTR.

Namun tak usah muluk-muluk, DNA Nissan GTR atau Juke R tak bakal diketemukan pada mobil sekelas Datsun GO Panca. Setidaknya sebagai subsidiari dari Nissan reliabilitas produk serta layanan di bawah merek Datsun memberi rasa aman tersendiri bagi konsumen.

Sayangnya pada sisi lain Datsun GO menjadi tajuk berita karena perolehan rating 0 pada uji NCAP, bahkan Max Mosley pun sampai merasa harus bersurat kepada Nissan dalam rangka memberi desakan agar Datsun GO ditarik dari peredaran.

Kami sendiri tidak serta merta setuju dengan sikap Max Mosley, sebab bagaimanapun kehadiran Datsun GO Panca maupun LCGC lainnya memberikan keleluasaan bagi konsumen yang memiliki budget terbatas. LCGC bagi mereka yang memiliki dana fleksibel mungkin dianggap sebagai bahan tertawaan, namun percayalah Anda tidak akan menjadikannya bahan tertawaan ketika pilihan Anda terbatas pada LCGC atau mobil bekas yang kondisinya mungkin jauh lebih tidak layak. Berapa banyak mobil keluaran awal tahun 90-an atau bahkan akhir 70-an yang beredar di jalanan sebagai kendaraan pribadi sebelum munculnya LCGC?

Sebelum kehadiran Datsun GO Panca dan LCGC lainnya tak sedikit pengemudi di daerah mengendarai mobil keluaran akhir tahun 1970-an yang artinya mungkin usia mobil itu sama dengan usia sang pemilik.

Datsun paham akan hal ini, wajar saja sebelum peluncuran produk sudah pasti mereka melakukan riset pasar secara mendalam. Faktanya mereka yang selama ini menggunakan mobil bekas keluaran tahun ‘80-90-an tidak peduli apakah Datsun GO Panca dilengkapi ABS atau tidak, toh kendaraan yang mereka kendarai selama ini kondisinya jauh lebih mengenaskan. USB port, power window serta AC dianggap lebih penting kehadirannya bagi target market Datsun GO Panca ketimbang rem yang didukung ABS.

Interior Datsun GO Panca

Jadi siapa yang mau dipersalahkan? Produsen yang menghadirkan produk yang memenuhi ekspektasi konsumennya atau konsumen sendiri yang lebih mengedepankan fitur-fitur tersebut ketimbang fitur keselamatan? Idealnya konsumen memang lebih teredukasi mengenai produk, namun lagi-lagi tidak setiap kasus dilatarbelakangi oleh teredukasi tidaknya seorang konsumen namun juga kemampuan finansial konsumen itu sendiri.

Jika edukasi konsumen ditujukan pada kelompok konsumen usia lebih muda maka terasa lebih masuk akal. Mengingat memang kebanyakan konsumen usia muda lebih mementingkan hal-hal sekunder kala membeli mobil pertama. Tengok saja bagaimana kebanyakan dari mereka mula-mula membenahi sistem audio mobilnya lebih dari apapun yang substansial. Memberi aksesoris tanpa memperhatikan kelayakan sebagaimana perilaku mereka kala baru memiliki sepeda motor sebelumnya.

Dengan Kelemahan Datsun GO Panca, Layakkah Direkomendasikan?

Sulit menjawab apakah kelemahan Datsun GO Panca masih membuatnya layak dipilih atau tidak, seperti diuraikan di atas bahwa setiap kasus memiliki pertimbangan yang berbeda. Sayangnya di Indonesia kebanyakan konsumen berakhir membeli mobil dengan standar keselamatan rendah bukan karena tidak teredukasi, bukan karena tidak mengerti namun karena tidak memiliki opsi lain. Salahkah jika konsumen membeli mobil dengan standar keselamatan rendah karena ingin melindungi keluarga kecilnya dari hujan serta panas? Salahkah jika ia memilih LCGC untuk menggantikan mobil keluaran tahun ’80-90-an atau bahkan keluaran era '70-an yang menjadi teman setianya selama ini?

Kelemahan Datsun GO Panca Terbaru

Menjadikan LCGC seperti Datsun GO Panca dan sebagainya sebagai bahan olok-olok jelas bukan solusi dan malahan menunjukkan jati diri kita sebagai insan yang tidak peka sekaligus ignorant.

Alih-alih membahas layak tidaknya fitur keselamatan serta konstruksi sebuah mobil rasanya lebih masuk akal jika menyoroti mentalitas manusia dalam rangka menjaga keselamatan itu sendiri. Mengemudi di bawah pengaruh alkohol, menggunakan ponsel sambil mengemudi, tidak menyalakan sein kala hendak berbelok, SIM tembak atau penegak hukum yang korup rasanya lebih masuk akal disoroti ketimbang produk mobil itu sendiri. Perilaku negatif macam itu toh takkan teratasi dengan meningkatkan standar kualitas keselamatan sebuah produk.